Selasa, 22 Juni 2010







Kamis, 29 November 2007

Berpikir Kartun


Gambar berikut ini masih dibuat oleh anak yang sama (lihat artikelBahasa Kedua). Lihatlah bahwa anak tak sekadar mengambar buah.
Di dalam kreasinya tergambar pikirannya, idenya yang lucu.
Ini mungkin pantas diberi istilah
Berpikir Kartun.
Ya, kita dapat
menerapkan cara pikir macam ini sebagai alternatif berpikir menangani
berbagai masalah dalam hidup. Berpikir Kartun dapat membawa
kesegaran dalam melihat kehidupan. Tampaknya cara pikir ini juga inspiratif
dan mengurangi negatif thinking.











[+PIC] Gambar Karikatur Selebritis Dunia dan Cara Menggambarnya.
Sebelumnya ane minta maaf klo trid ane ane cuma pengen sharing aja apa yg ane dapet dari http://korananakindonesia.wordpress.com/ dsini akan dijelaskan cara menggambar karikatur.Sebelumnya ane pengen jelasin apa itu Karikatur, Karikatur adalah gambar olok-olok yang mengandung pesan, sindiran, dan sebagainya yang dibuat dengan cara melebih-lebihkan gambaran seseorang atau sesuatu dengan tetap mempertahankan kemiripan visual dengan orang atau benda aslinya. Karikatur berasal dari bahasa Italia, “caricare”, yang artinya memuat (dalam hal ini memuat berlebihan). Kata “caricatura” baru populer dan digunakan orang dalam kehidupan dunia seni sekitar tahun 1665. Seniman yang mengenalkan kata itu adalah Gian Lorenzo Bernini, seorang pematung dan arsitek, ketika datang ke Perancis.Sebuah karikatur dapat disebut sebagai kartun, akan tetapi kartun tidak bisa disebut karikatur. Namun dari keduanya ada persamaan, yaitu sama-sama memiliki unsur humor yang kata Freud adalah ’sebuah perang kecil terhadap diri sendiri’. Isi karikatur bisa berupa sindiran atau pujian dan dapat pula dimaksudkan untuk tujuan politis atau dibuat semata-mata untuk hiburan. Karikatur politik biasa ditemukan di kartun editorial, sementara karikatur selebriti sering ditemukan di majalah hiburan.Banyak seniman-seniman besar populer kartun di dunia ini memiliki gaya mereka sendiri menciptakan animasi tanda tangan Anda. Semua karakter kartun dibuat dengan berbagai gaya dan tema, anime, pahlawan dan dongeng adalah beberapa kartun populer. Baik anak-anak dan para orang dewasa bersenang-senang sambil menonton kartun kartun, karena mereka memberikan rasa humor saja.Sebagian besar dari mereka memiliki strategi mereka sendiri tentang cara menggambar kartun. Jadi berikut adalah beberapa cara sederhana untuk menggambar karikatur karikatur gambar untuk warna. Berikut dibawah ini adalah penjelasan bahan dan cara membuat, monggo d'simak gan Alat dan Bahan:
Krayon
Pensil Warna
Pensil
Sharpener
Penghapus
Notebook
Lembaran atau dokumen lain dari kertas Hitam
Komputer Percetakan Tips tentang cara menggambar karikatur
Periksa koran dan inspirasi diri Anda dengan pra-dibuat kartun. Pastikan untuk meninjau pilihan koran dan edisi Minggu.
Namun, jangan mencuri ide dari komik atau koran, tetapi untuk melakukan apa yang akan sendiri asli dan unik untuk Anda.
Selamat bersenang-senang dalam membuat kartun Anda sendiri. Tahapan untuk menggambar kartun:
Gambarkan sketsa komiknya mimpi, pastikan untuk membuat sebuah layout yang bersih dalam menghadapi karikaturnya.
Setelah membuat kontur wajah, kini Anda dapat mulai menggambar fitur lain, mata, telinga, hidung dan mulut.
Tambahkan pakaian dan gaya rambut dalam karikatur.
Hapus beberapa baris yang tidak diinginkan dengan menggunakan atau pensil penghapus.
Warna dari daerah dengan pilihan warna sendiri di beberapa bagian gambar. Adalah penggunaan pensil warna, pensil atau krayon. Sekarang memiliki karikatur Anda sendiri. Untuk menambahkan gambar gerak, cukup gunakan selembar kertas untuk menggambar. Buatlah sebuah mini, tidak seperti gambar aslinya seperti pada kesempatan ini mata besar. Ini adalah tentang bagaimana cara untuk menggambar karikatur, yang sederhana tapi benar-benar menyenangkan dan kreatif. Anda bisa menikmatinya dalam satu gerakan cepat.Berbagai Bentuk Kepala
Spoiler for KEPALA PROPORSI NORMAL:

Spoiler for POINT OF REFERENCE:

Spoiler for ASOSIASI BENTUK:

Spoiler for BENTUK KARET:
Oke, Anda sudah dapat menggambar wajah kartun. Namun wajah tanpa ekspresi pada mulanya cool, tapi bila terus begitu ya boring-lah. Wajah perlu diberi ekspresi. Ekspresi wajah manusia secara kasar dapat kita bagi atas 2 kelompok besar, yakni komedi-tragedi atau positip-negatif. Emosi positif itu membuat otot wajah santai, sedang emosi negatif membuatnya tegang. Contoh yang positif: senyum, gembira, berharap dstnya, sedang yang negatif itu amarah, kebencian, irihati dan sejenisnya. Ada banyak contoh di sekitar kita, mulai sekarang jadilah pengamat mimik muka orang, lihat foto dimajah, di film, di komik.



Pameran Kartun Nasional HUT Ke-20 PAKARTI



Written by Administrator
Sunday, 20 December 2009 08:16
Persatuan Kartunis Indonesia (PAKARTI) berencana menyelenggarakan Pameran Kartun Nasional di Monumen Pers Solo pada Sabtu, 12-17 Desember 2009. Kegiatan tersebut sekaligus dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-20 PAKARTI
Selain pameran, kami juga akan menyelenggarakan karikatur live dan diskusi kartun dengan pembicara para kartunis senior pada hari Minggu, 13 Desember 2009 pukul 10.00-12.00 WIB. Sedangkan untuk kegiatan lomba kartun belum dapat dilaksanakan pada tahun ini. Untuk itulah kami mengharapkan partipasi dari rekan-rekan kartunis untuk mengirimkan karyannya. Adapun mengenai persayaratan mengikuti pameran sbb: 1. Tema bebas, orisinil, bukan saduran/jiplakan, tidak menyinggung SARA. 2. Dibuat/digambar di atas kertas/karton dengan ukuran 42 X 29 cm (A3) dan diberi list/margin warna hitam pada masing-masing 5 cm tiap sisinya 3. Untuk kartun kanvas ukuran bebas 4. Setiap peserta maksimal mengirimkan 3 karya. 5. Karya dimasukkan dalam amplop tertutup, tidak boleh digulung/dilipat. 6. Peserta mencatumkan judul karya, identitas lengkap, nomor telepon di balik setiap karya disertai fotokopi identitas pribadi yang masih berlaku dan pas foto. 7. Dikirim via pos/diantar ke Panitia HUT Ke-20 Tahun PAKARTI (UP Is Ariyanto) : d/a Harian Umum SOLOPOS Jl. Adisucipto 190 Solo 57145. Ato via email (300 Dpi) ke
' );
//-->

pakarti2009@gmail.com
' );
//-->

This e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it
' );
//-->

8. Pada amplop sebelah kiri atas dicantumkan "Pameran Kartun 20 Tahun PAKARTI 9. Deadline penerimaan karya 30 November 2009 (diterima panitia) 10.Karya akan dikirim kembali setelah pameran selesai, jika dilampiri perangko pengembalian. Mohon maaf jika informasi ini terlalu dirasa mepet, atas perhatiannya kami mengucapkan banyak terima kasih Hormat kami, Is Ariyanto (Ketua PAKARTI)
Pameran akan menampilkan karya-karya kartunis senior antara lain; Bp Pramono R Pramoedjo (Kartunis Harian SINAR HARAPAN, Jakarta), Bp Priyanto Sunarto (Kartunis Majalah Tempo, Jakarta), Bp Praba Pangripta (Kartunis Jogja), Bp Mugi Suryana (Kartunis SOLOPOS) dan kartunis anggota PAKARTI dari seluruh Indonesia.

artikel

Mengulas Kartun, Membincangkan Humor dan Kritik
Written by cartoonesia.com
Wednesday, 08 October 2008 14:02
KRITIK dan kartun sepertinya sudah menjadi hal yang sulit dipisahkan. Oleh karenanya banyak orang berasumsi bahwasanya kritik adalah anasir yang harus ada pada sebuah kartun. Tidak ada kritik, ya bukan kartun. Begitulah opini tentang kartun yang berkembang dan menggejala pada masyarakat.

Ini terlihat dari opini-opini yang bermunculan di media massa yang mengulas lawatan pameran kartun internasional “Bali is My Life” khususnya yang diadakan di Bali dan di Bentara Budaya Jakarta. Adalah hal yang menggembirakan ketika pameran kartun Bali is My Life yang digelar Pakarti periode Jango Paramartha ini mendapat tanggapan kritis dari media nasional. Ini artinya, sebagai sebuah momen pemulihan dan promosi pariwisata Bali, upaya ini ikut didukung oleh berbagai kalangan khususnya media dan sebagai sebuah aktualisasi kartunal, kritik dari media tersebut menjadi sebuah refleksi kesenimanan para kartunis dalam berkarya.

Ada sebuah opini disebuah media nasional yang sepertinya asyik untuk diperbincangkan di sini. Dengan latar klausa “kartun sebagai sebuah refleksi sosial”, opini tersebut kemudian berlanjut mencibir para kartunis yang melihat Bali dari satu segi saja, “turisme”. Dan tentu dengan segi ini, “magnum opus” para kartunis kurang “tajam”. Kemudian opini media ini memberikan sebuah opsi tema, “konflik lokal” yang katanya oleh para peneliti dilihat sebagai sebuah cara pandang atas munculnya identitas ke-Bali-an yang mengeras.

Menurut kacamata saya, opini dari media tersebut secara implisit masih mempakemkan kartun sebagai sebuah media kritik seperti apa yang telah dikemukakan di atas. Sah-sah saja orang beropini dengan berbagai latar paradigma tapi marilah kita berbincang-bincang lebih mendalam. Bila tidak mengkerucutkan sebuah kebenaran, paling tidak kita mendapatkan wawasan. Mari kita teropong kesahihan dari opini “kartun-kritik” di atas.

Secara harfiah kartun itu berasal dari bahasa latin “cartoone” yang berarti gambar lucu. Di-Inggris-kan menjadi “cartoon” dan di-Indonesia-kan menjadi “kartun”. Pengertian ini saya temukan pada beberapa literatur seperti makalahnya Gus Martin untuk Pelatihan Jurnalistik Mahasiswa yang berjudul, “Ilustrasi, Kartun dan Kartun”. Juga terlihat pada “biografi” kartunis besar Sibarani.

Jadi, pada dasarnya kartun adalah gambar lucu. Ini mungkin bisa menjelaskan lebih gamblang tentang kartun. Apapun bagaimanapun bentuk gambar yang penting memiliki sifat humor dan lucu itu bisa dikatakan kartun. Kemudian lebih panjang lagi kartunis sekaligus dosen IKJ, Pri S. pada sebuah seminar menjelaskan bahwasanya kartun itu terbentuk dari tiga unsur yang saling berkait satu sama lain, yaitu wawasan, olah rupa dan humor. Wawasan sebagai perspektif kartunis memandang tema, olah rupa sebagai bentuk komunikasi visual dan humor stimuli psikologis penikmat kartun.

Lalu mengapa ada kartun politik dalam wujud kartun editorial atau kartun strip yang sarat muatan kritik? Kartun adalah sebuah alat. Sekali lagi sebuah alat. Terserah Anda menggunakannya untuk apa. Seperti seperti sebuah pena yang bisa digunakan untuk membuat tulisan, menggambar bahkan dengan keruncingannya mampu menghilangkan nyawa seseorang. Kartun pernah menjadi senjata bagi Martin Luther King. Kartun juga bermetamorfosis menjadi Donald Bebek yang menggelitik. Kartun bisa menjadi seksi abis ditangan Cece Riberu. Kartun sangat antropologis di gurat kuas Jango Paramartha. Kartun begitu sosiologis di “Lagak Jakarta”-nya M. Misrad. Kartun begitu kritis lewat kacamatanya Pramono atau Gus Martin. Kartun menjadi kurang ajar di tingkah polah Sincan. Kartun bisa memicu ketersinggungan seperti sebuah kasus di Denmark. Atau sangat revolusioner di dapur redaksi Majalah Indonesia lewat kepalan tangan T. Sutanto”. Kalau sudah begini, kartun bisa menjadi apa saja.

Menurut Sekretaris Pakarti Putu Ebo, pada perkembangannya kartun bercabang menjadi dua kategori besar yaitu political cartoon (kartun politik) dan gag cartoon (kartun humor). Poltical cartoon inilah yang biasanya sarat dengan kritik. Sedangkan gag cartoon adalah kartun yang lebih mengedepankan unsur humor. Mungkin karena kartun politiklah yang selama ini sangat dekat dengan masyarkat lewat media masa (khususnya koran), orang sangat sangat cepat mengasosiasikan kartun itu sebagai kartun politik yang sarat dengan kritik, satir dan sarkasme.

Kartun memang mengundang berbagai macam pengertian. Ini dikarenakan kartun bermetamorfosis menjadi banyak bentuk. Ada yang mengatakan bahwa kartun seharusnya sarat kritik seperti dikatakan sebelumnya. Ada yang salah kaprah mengatakan kartun itu karikatur. Ada yang mengatakan bahwa kartun itu harus “kejam”. Kejam di sini adalah dramatisasi anasir kritik dan satir dalam kartun. Sehingga kartun bisa menjadi pisau haus darah yang siap melakukan pembunuhan-pembunuhan karakter di berbagai tempat. Melihat kartun seperti ini seperti melihat film “Scream”.

Atau masyarakat sering membebankan kartunis sebagai polisi moral yang dengan ini mengatakan harus ini dan harus itu. Atau diharapkan menjadi tokoh gerakan sosial yang bisa menyulap sebuah tatanan sosial menjadi tatanan tertentu. Untuk hal ini saya hanya bisa katakan bahwa kalau pun kartun punya tendensi, itu adalah tendensi bagaimana penikmat kartun (masyarakat) diajak tertawa dan berfikir, tidak menghakimi. Kartun hanya mengajak tertawa dan berfikir. Bila ada perubahan terhadap suatu tatanan sosial itu kembali kepada masyarakat sebagai penikmat kartun itu sendiri. Ini mungkin karena keterbatasan kartun dalam penyampaian wacana dibanding sebuah tulisan yang bisa dengan leluasa menjelaskan secara panjang lebar segala sesuatu. Kartun tidak bisa seperti itu. Kartun adalah sebuah labirin yang mengundang para penikmatnya untuk menemukan lorong keluarnya sendiri.

Keterbatasan kartun dalam mengumbar tekslah yang memicu adrenalin para kartunis dalam berkarya. Karena keterbatasan ini adalah sebuah jalan untuk membuat sebuah karya kartun yang mendalam dan implisit. Karya yang mendalam dan implisit ditenggarai justeru mampu memicu daya kontemplasi dan memacu jelajah imaji penikmat kartun lebih luas lagi. Karya kartun yang eksplisit dan vulgar bergitu terkesan garing. Kartun memiliki estetikanya sendiri. Seperti katanya kartunis Itok Is bahwa kartun bukan harus memaki-maki seperti pendemo di pingir jalan.

Kartun adalah sebuah pilihan yang didalamnya adalah pilihan juga, political cartoon,Gag Cartoon dan lain sebagainya. Mungkin political cartoon lebih seksi untuk dipajang dihadapan penikmat karena cita rasa intelektual dan aura kritisnya. Tapi mari kita bicarakan tentang gag cartoon. Gag cartoon dinisbahkan kepada kelucuan atau humor. Sudah barang tentu sebuah gag cartoon sudah seharusnya lucu atau membuat terpingkal-pingkal penikmatnya. Mungkin bagi banyak kalangan merasa bahwa humor suatu hal yang remeh-cemeh. Mungkin terlihat tidak intelektual banget. Tapi para psikolog saya yakin bisa menjelaskan bahwa tawa memiliki arti yang cukup besar bagi kesehatan jiwa. Sudah menjadi kisah yang akrab dengan kita bahwa tawa tidak hanya mampu menyehatkan psikis tapi juga mampu mendongkrak sistem faali manusia seperti apa yang di alami Norman Cousins yang melawan kanker yang diidapnya dengan humor. Karena banyak penyakit fisik yang diakibatkan oleh psikis, sudah barang tentu kita mengobati terlebih dahulu psikisnya dan kartun humor mungkin salah satu jawabannya.

Apalagi, ketika bunuh diri menjadi warta yang sangat intens kita dengar belakangan di daerah kita tercinta ini. Yang kita perlukan adalah daya atau energi untuk hidup dan energi itu banyak kalangan menyebutnya sebagai energi spiritual. Saya tertarik dengan bukunya Tony Buzan, “ The Power of Spiritual Intellegince, 10 Cara Jadi Orang yang Cerdas secara Spiritual”. Dalam buku Tony Buzan tersebut memasukkan humor sebagai bagian dari cara untuk cerdas secara spritual, Dengan pede-nya ia mengatakan, “Kartun yang disantap secara teratur setiap hari sama pentingnya dengan sebutir apel sehari!” Jadi tertawa itu penting juga, bukan. Bagaimana kalau kita memasukannnya sebagai bagian kurikulum pendidikan kita. Selain ada pelajaran olah raga juga ada pelajaran olah tawa ...hee..he.

Kemudian, saya kira adalah sebuah hal yang logis ketika sebagian besar karya-karya kartun yang dipamerkan “Bali is My Life” memandang Bali hanya dengan perspektif turisme saja. Karena saya kira pameran yang diselenggarakan adalah sebuah recovery untuk pariwisata Bali yang lagi terpuruk. Jadi adalah hal yang wajar bila para kartunis menampilkan Bali sebagai sebagai pulau yang eksotis, indah dan tentu saja “lucu”. Ini hanya masalah pilihan tentu saja.

Semoga tulisan ini bisa menambah wawasan kita semua tentang kartun lebih luas lagi sehingga dapat mengapresiasi karya-karya kartun lebih dalam lagi. Apalagi dalam dalam beberapa waktu kedepan ini, Pakarti akan mengikutkan sebuah pameran kartun bersekala internasional sebagai salah satu acara Sanur Festival 15 Agustus mendatang. Selamat tertawa........”dan dunia akan ikut tertawa bersamamu,” kata Ella Wheller Wilcox. (isoul, www.cartoonesia.com)

Last Updated on Wednesday, 08 October 2008 14:14
Teknik Menggambar Kartun dan Karikatur yang LayakPDFPrintE-mail
Written by cartoonesia.com
Sunday, 19 October 2008 03:00

Di belakang buku ini, seorang Jitet Koestana sang raja kompetisi kartun dunia, menuliskan kata-kata yang cukup besar, "Sungguh! Buku ini akan memberitahu teknik menggambar kartun dan karikatur yang layak tampil di sebuah media. Siap? Selamat mencoba."

Memang bukan tanpa alasan Jitet menulis kalimat yang sedemikian karena buku "Kiat Mudah Membuat Karikatur, Panduan Ringan dan Praktis menjadi Karikaturis Handal" ini dilihat dari sang pengarang saja sudah mengabsahkannya. Karena sang pengarang adalah seorang sesepuh karikatur nasional, mantan ketua Pakarti, Pramono R. Pramoedjo. Nah benar khan ...

Sesuai dengan judulnya, buku ini memang ringan. Selain ringkas buku ini diolah dengan kalimat-kalimat yang mudah dimengerti. Juga, bahasa gambar ikut menjelaskan lebih gamblang buku ini. Mungkin penggunaan bahasa gambar inilah yang membuat buku ini semakin mudah dimahfumi. Penggunaan sketsa yang tepat dan jelas menjadikan buku ini mudah untuk dipelajari apalagi untuk kartunis pemula seperti saya.

Pramono melengkapi buku ini dengan berbagai contoh untuk lebih mendekatkan pembaca dengan dunia kartun. Pemuatan karya-karya karikaturnya dibelakang buku lebih untuk mematangkan sense karikatur pembaca buku ini.

Dan untuk menambah wasawan tentang kartun dan karikatur pembaca, buku ini dibubuhi serangkaian teori tentang dunia tersebut. bahkan juga tip-tip untuk menggapai ide-ide kartunal. Jadi gak hanya teknik saja yang hendak disuguhkan akan tetapi wawasan juga diharapkan ikut menimpalinya.

Judul Buku: Kiat Mudah Membuat Karikatur, Panduan Ringan dan Praktis menjadi Karikaturis Handal
Penulis: Pramono R. Pramoedjo
Penerbit: Creativ Media Jakarta 2008